Pada Senin, 4 Agustus 2025, banjir besar melanda di Kabupaten Maluku Tengah, menyebabkan satu rumah warga hancur dan hanyut.

Rumah tersebut milik keluarga Doefinus Matruty, yang beruntung tidak mengalami korban jiwa karena seluruh penghuni telah mengungsi. Banjir ini dipicu oleh hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak malam hingga pagi hari. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Maluku.
Kronologi dan Penyebab Banjir
Banjir yang merusak parah dan menghanyutkan satu rumah di Dusun Waiyari, Desa Suli, terjadi akibat luapan air sungai di dekat bantaran sungai. Kejadian ini dilaporkan pada pukul 04.00 WIT dini hari, saat intensitas curah hujan mencapai puncaknya.
Kondisi geografis Desa Suli, dengan beberapa rumah yang dibangun di bantaran sungai, memang rentan terhadap bencana banjir bandang, seperti yang sudah pernah terjadi beberapa tahun sebelumnya di sungai Waiyari.
Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, Kombes Pol Yoga Putra Prima Setya, mengimbau masyarakat untuk tidak mendirikan bangunan di area rawan bencana seperti bantaran sungai, mengingat risiko besar yang mengancam keselamatan. Ia juga menekankan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap regulasi pembangunan di dekat aliran sungai yang telah diatur.
Kerugian dan Dampak Sosial
Selain rumah keluarga Doefinus Matruty yang hanyut, sejumlah rumah lainnya di Dusun Waiyari juga terdampak parah. Bahkan, beberapa laporan menyebutkan dua rumah warga hanyut terbawa banjir. Hujan deras yang terus-menerus mengguyur wilayah Maluku hingga saat ini memperparah kondisi sungai yang meluap.
Masyarakat Dusun Waiyari merasa sangat kecewa dengan Pemerintah Provinsi Maluku karena keluhan mereka terkait banjir dan abrasi Sungai Waiyari yang terjadi setiap musim hujan selama tiga tahun terakhir tidak kunjung direspon. Kekecewaan ini memuncak menjadi aksi blokade jalan, yang menunjukkan frustrasi warga terhadap minimnya perhatian dan tindakan dari pemerintah provinsi.
Baca Juga: Polres Maluku Tengah Ringkus Tiga Warga Pembawa Senpi Rakitan
Aksi Protes Warga dan Tuntutan

Kekecewaan yang mendalam terhadap Pemerintah Provinsi Maluku mendorong sebagian masyarakat Dusun Waiyari, Desa Suli, untuk melakukan aksi blokade jalan pada Senin, 4 Agustus 2025, sekitar pukul 10.00 WIT. Mereka menggunakan batang kayu dan bebatuan untuk menutup ruas jalan utama. Yang sempat menghambat arus lalu lintas dan menarik perhatian warga sekitar.
Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, Kombes Pol. Dr. Yoga Putra, menjelaskan bahwa aksi blokade ini merupakan bentuk protes atas pengabaian pemerintah provinsi terhadap masalah banjir dan abrasi yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Meskipun warga telah berulang kali menyurati Pemerintah Provinsi Maluku mengenai kondisi ini, upaya mereka tidak pernah ditanggapi. Jalan baru dapat dibuka kembali setelah Polsek Salahutu, Camat Salahutu, dan Pemerintah Desa melakukan mediasi dengan warga setempat.
Upaya Mediasi dan Harapan ke Depan
Mediasi yang dilakukan oleh Polsek Salahutu, Camat Salahutu, dan Pemerintah Desa berhasil meredakan situasi dan membuka kembali blokade jalan. Kapolsek Salahutu bersama Camat Salahutu dan pemerintah desa berkoordinasi serta memberikan pengertian kepada warga, sehingga arus lalu lintas dapat kembali normal. Namun, tuntutan warga agar pemerintah segera membangun talud penahan air yang tak kunjung terealisasi masih menjadi perhatian utama.
Warga berharap agar pemerintah provinsi segera mengambil tindakan nyata untuk mengatasi masalah banjir dan abrasi yang terus-menerus mengancam permukiman mereka. Tanpa penanganan yang serius, Desa Suli akan terus menjadi langganan banjir yang merenggut harta benda dan menimbulkan kekhawatiran bagi warganya.
Kesimpulan
Banjir di Maluku Tengah pada 4 Agustus 2025, menjadi pengingat pahit akan kerentanan wilayah tersebut terhadap bencana alam, khususnya akibat luapan Sungai Waiyari. Insiden ini, yang menyebabkan satu rumah warga hanyut dan beberapa lainnya rusak. Juga menyoroti kegelisahan masyarakat atas respons pemerintah yang dirasa lamban.
Aksi blokade jalan yang dilakukan warga adalah cerminan dari kekecewaan mendalam terhadap pengabaian bertahun-tahun terkait banjir dan abrasi. Meskipun mediasi berhasil membuka kembali akses jalan, kebutuhan mendesak akan solusi jangka panjang. Seperti pembangunan talud penahan air, tetap menjadi tuntutan utama warga.
Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dan provinsi dalam mencari solusi berkelanjutan untuk melindungi warga dari ancaman banjir di masa depan. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di INFO KEJADIAN MALUKU.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari regional.kompas.com
- Gambar Kedua dari news.detik.com